
Untuk
membentuk siswa menjadi pembicara yang
handal tidak semudah membelikan tangan. Banyak kendala yang dihadapi para
pendidik khususnya guru bahasa Indonesia. Kendala yang dihadapi yakni siswa
mengalami kesulitan dalam mengunkapkan
ide, gagasan, atau pun pendapat. Mereka kaku sekali ketika akan memulai berbicara seperti
ada sesuatu
yang menghalangi pada jiwanya, besar kemungkinan disebabkan oleh rasa malu, grogi atau takut salah.
Atau bisa jadi dalam penyampaian materi yang monoton sehingga terasa
membosankan.
Sepertinya kita
sebagai guru tidak bisa tinggal diam dengan kondisi seperti di atas. Jika
dibiarkan berlarut-larut akan berdampak pada kehidupan mendatang yaitu
mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang statis dan apatis.
Bertolak dari
rasa tanggung jawab terhadap masa depan anak bangsa, saya mencoba berinovasi dalam proses belajar mengajar
khususnya mata palajaran berbicara. Inovasi media pembelajaran ini diambil dari Kaulinan
Barudak (permainan anak-anak). Masih
tersimpan secara utuh dalam ingatan saya
sebuah permainan masa kecil. Permainan ngadalang dengan wanyangnya terbuat dari pelepah singkong muda. Dengan
wawayangan itu saya melakonkan wayang pelepah singkong secara natural, alami tanpa ada paksaan.
Imajinasi pun berjalan, bergulir tanpa
batas dan semua itu berlangsung spontan
serta sangat
menyenangkan. Betul-betul menyenangkan dan mengembirakan , gelak tawa saya dan teman-teman
membahana di antara pepohon pasir Bungkirit.
Terinfirasi dari
Kaulinan Barudak, saya mencoba membawa permainan ngadalang ke dalam kelas. Namun
wayangnya tidak lagi terbuat dari pelepah singkong muda tetapi dari kertas
karton bekas yang banyak dilingkungan sekolah seperti bekas undangan dan caver buku gambar. Untuk gambar wayang-nya
saya bersama siswa mencari di internet.
Bahan yang
digunakan untuk membuat wawayangan cukup sederhana yaitu kertas karton, lem glukol, bambu sebesar kelingking, benang kasur dan gambar wayang. Pertama kita
mencari gambar wayang di internet lebih disarankan mencari gambar wayang kulit.
Setelah diperoleh kemudian gambar wayang ditempel pada kertas karton lalu digunting sesuai
bentuknya.
Saya menyiapkan empat tokoh wayang pankawan : Semar, Petruk, Cepot dan gareng.
Jreng…jadilah empat wayang setengah jadi untuk menyempunakannya bambu kecil pun mulai dibelah lalu
sang panakawan diselipkan dan diikat pada bambu.
Selesai sudah wayang karton.
Langkah
sealanjutnya siswa dikelompokan dengan beranggotakan empat orang. Langsung saja
oleh bapak dan ibu guru memerintahkan pada setiap kelompok untuk
membuat dialog dengan tema babas, Selama penyusunan dialog bapak dan ibu tetap siaga membimbing dan
mengarahkan mereka .Setelah naskah selesai, siswa diberi kesempatan
untuk berlatih. Tempat berlatih tidak hanya di dalam kelas, siswa bebas memilih
tempat latihan yang penting tetap dilingkungan sekolah. Namun jangan lupa bapak
dan ibu guru memberikan batas waktu.
Ketika mereka tampil di depan
kelas ada perubahan yang signifikan , luar biasa sekali
dengan batuan media pembelajaran wawayangan, meraka berani tampil, berani
berbicara dan kelihatnnya mereka sangat
menikmati perannya masing-masing. Media ini
sangat membatu siswa yang pendiam atau
pemalu, silakan diujicobakan ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar