Photobucket

MARI BELAJAR INTERNET BERSAMA OM KUMIS ANDA PASTI CEPAT BISA

Kamis, 19 Januari 2012

WAWAYANGAN SEBUAH MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS “KAULINAN BARUDAK”



Dalam proses belajar mengajar berbicara ,siswa dituntut untuk berani mengungkapkan pendapat , ide dan gagasan. Harapan ke depan adalah siswa bisa menjadi pembicara yang handal baik di masyarakat, organisasi maupun di Lembaga Pemerintahan. Seperti Para pemimpin  dan pemuka agama  saat ini, mereka adalah pembicara-pembicara yang handal ketika berfidato, berorasi dan ceramah keagamaan.
Untuk membentuk  siswa menjadi pembicara yang handal tidak semudah membelikan tangan. Banyak kendala yang dihadapi para pendidik khususnya guru bahasa Indonesia. Kendala yang dihadapi yakni siswa mengalami  kesulitan dalam mengunkapkan ide, gagasan, atau pun pendapat. Mereka kaku sekali ketika akan memulai berbicara seperti ada sesuatu yang menghalangi pada jiwanya, besar kemungkinan  disebabkan oleh rasa malu, grogi atau takut salah. Atau bisa jadi dalam penyampaian materi yang monoton sehingga terasa membosankan.
Sepertinya kita sebagai guru tidak bisa tinggal diam dengan kondisi seperti di atas. Jika dibiarkan berlarut-larut  akan  berdampak pada kehidupan mendatang yaitu mereka akan  menjadi generasi  penerus bangsa yang statis dan apatis.
Bertolak dari rasa tanggung jawab terhadap masa depan anak bangsa, saya  mencoba  berinovasi dalam proses belajar mengajar khususnya mata palajaran berbicara. Inovasi  media pembelajaran ini diambil dari Kaulinan Barudak (permainan anak-anak).  Masih tersimpan secara utuh dalam ingatan  saya sebuah permainan masa kecil. Permainan ngadalang dengan wanyangnya  terbuat dari pelepah singkong muda. Dengan wawayangan itu saya  melakonkan wayang pelepah singkong  secara natural, alami tanpa ada paksaan. Imajinasi pun berjalan, bergulir  tanpa batas dan semua itu berlangsung spontan  serta sangat menyenangkan. Betul-betul menyenangkan dan mengembirakan , gelak tawa saya dan teman-teman membahana di antara pepohon pasir Bungkirit.
Terinfirasi dari Kaulinan Barudak, saya mencoba membawa permainan ngadalang ke dalam kelas. Namun wayangnya tidak lagi terbuat dari pelepah singkong muda tetapi dari kertas karton bekas yang banyak dilingkungan sekolah seperti bekas undangan  dan caver buku gambar. Untuk gambar wayang-nya saya bersama siswa mencari di internet. 
Bahan yang digunakan untuk membuat wawayangan cukup sederhana yaitu  kertas karton, lem glukol, bambu sebesar kelingking,  benang kasur dan gambar wayang. Pertama kita mencari gambar wayang di internet lebih disarankan mencari gambar wayang kulit. Setelah diperoleh kemudian gambar wayang ditempel pada kertas karton lalu digunting sesuai bentuknya. Saya menyiapkan empat tokoh wayang pankawan : Semar, Petruk, Cepot dan gareng. Jreng…jadilah empat wayang setengah jadi untuk menyempunakannya bambu kecil pun mulai dibelah lalu sang panakawan diselipkan dan diikat pada bambu.  Selesai sudah wayang karton.
Langkah sealanjutnya siswa dikelompokan dengan beranggotakan empat orang. Langsung saja oleh bapak dan ibu guru memerintahkan  pada setiap kelompok untuk membuat dialog dengan tema babas, Selama penyusunan dialog bapak dan ibu tetap siaga membimbing dan mengarahkan mereka  .Setelah naskah selesai, siswa diberi kesempatan untuk berlatih. Tempat berlatih tidak hanya di dalam kelas, siswa bebas memilih tempat latihan yang penting tetap dilingkungan sekolah. Namun jangan lupa bapak dan ibu guru memberikan batas waktu.
 Ketika  mereka tampil di depan kelas  ada  perubahan yang signifikan , luar biasa sekali dengan batuan media pembelajaran wawayangan, meraka berani tampil, berani berbicara dan kelihatnnya mereka sangat menikmati  perannya masing-masing.  Media ini sangat membatu siswa yang  pendiam atau pemalu, silakan diujicobakan ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar