- JUDUL
- BIDANG KAJIAN
Menulis Karangan narasi dan metode pembelajaran berbasis
coperrativ learning teknik TPS , model cooperative learning teknik TPS sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengarang karangan
narasi di kelas V SD Ngeri 1 Mandirancan
- PENDAHULUAN
Bahasa sebagai
alat komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, karena dalam interaksi sosial dibutuhkan pemahaman bahasa.
Melalui bahasa seseorang dapat membangun hubungan persahabatan, tukar pendapat,
memepengaruhi orang lain dan bekerja sama dengan yang lain dalam suatu kelompok
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun
tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa,
juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan,
pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa
dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
haruslah diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai alat
komunikasi. Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini orientasi pembelajaran
bahasa berubah dari penekanan pada pembelajaran aspek bentuk ke pembelajaran
yang menekankan pada aspek fungsi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses negoisasi pesan dalam suatu konteks atau situasi menurut Sampson (dalam
Depdiknas 2005:7).
Kegiatan menulis atau mengarang adalah kegiatan yang
sangat komplek, karena dalam kegiatan ytersebut membutuhkan berbagai kemampuan
seperti kemamapuan menentukan gagasan,
kemampuan mengunakan gaya bahasa, dan kemampuan mengunakan ejajaan dan tanda
bahasa. Selain itu kegiatan menulis merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan berencana untuk memenuhi
kebutan jsamani dan rohani. Lebih jelasnya penulis kutip dari buku karangan
Prof.Dr Yus Rusyana.
“Dengan kemampuan menulis atau mengarang
dimaksudkan kemampuan mengunkan
pola-pola bahasa dalam
penampilannya secara tertulis untuk mengunkapkan suatu gagasan atau pesan. Kemampuan menulis itu . mencakaup
kemampuan seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan
menguasai unsure-unusr bahasa, kemampuan menggunakan bentuk karangan, kemampuan
menggunakan gaya , dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca. Jelaslah
bahawa menulis mencakup bermacam-macam kemampuan”. .”(Rusyana,Yus;1984
.Bahasa Bahasa Dan Sastra Dalam Gamitan
Pendidikan.Hal 191)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat
penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi
juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat
penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki
oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan
atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat
mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Bahwa menulis adalah
suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang
teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk
mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai
suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan
produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu
aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan
kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca. Pemahaman berbagai jenis karangan
serat pemahaman berbagai jenis karangan dan pengembangannya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang yang
ditetapkan sebagai Kurikulum 2006 telah diberlakukan di sekolah-sekolah mulai
tahun 2006. Kurikulum 2006 ini juga diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu ditegaskan
bahwa tugas sebagai guru adalah membelajarkan siswa, bukan mengajar. Siswalah
yang harus didorong agar secara aktif berlatih menggunakan bahasa khususnya
pada keterampilan menulis. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi
agar siswa belajar secara optimal untuk berlatih menggunakan bahasa agar
komopetensi yang diharapkan dapat tercapai.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dalam
Kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis. Standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia yang merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa dan
Sastra Indonesia. Selain itu Standar kompetensi adalah dasar bagi siswa untuk
dapat memahami dan mengakses perkembangan lokal, regional, dan global.
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang
dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,
pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi
pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur,
mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk
mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu,
secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif,
perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Pada kesempatan ini, peneliti (guru) membahas tentang keterampilan
menulis khususnya menulis karangan naratif. Selama ini berdasarkan hasil
observasi, keterampilan siswa untuk menulis masih sangat terbatas, terlebih
lagi untuk dapat menulis karangan naratif mereka kesulitan untuk dapat
membedakan jenis-jenis karangan. Agar dapat menulis kadang-kadang siswa perlu
dipacu dengan menggunakan teknik dan media yang menarik. Untuk itu guru perlu
mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik agar siswa dapat menulis dengan
baik.
Dalam menulis dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan dan
kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara karangan dengan karangan
berikutnya sehingga akan membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh. Melalui
penelitian ini, peneliti mencoba satu pembaharuan untuk meningkatkan
keterampilan menulis karangan naratif.
Kondisi siswa SD Negeri Mandirancan 1 kelas V saat ini belum mampu menulis
karangan narasi. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis
karangan narasi mendorong penulis untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan
narasi melalui model pembelajaran berbasis cooperativ
learning teknik TPS.
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka
dalam berkomunikasi kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum
melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan
berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi seperti
mendengarkan dan berbicara. Padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh
partisipasi setiap anggotanya. Untuk dapat melakukan partisipasi dan
komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan berkomunikasi. Misalnya cara
menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna. Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan
waktu, siswa tidak mungkin menguasai dalam sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu
terus melatih sampai pada akhirnya setiap siswa mampu memiliki kemampuan untuk
menjadi komunikator yang baik.
- PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
- Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : Apakah Model Pembelajaran Berbasis Cooperativ Learning Teknik TPS Dapat Meningkatkan Kemmampuan
Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Mandirancan?
- Pemecahan Masalah
Guru sebagai pengelola kelas
tentunya lebih bertanggungjawab dalam memecahkan masalah dalam proses belajar
mengajar umumnya dan khususnya dalam mata pelajran bahasa Indonesia. Salah upaya untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahasa Indonesia yaitu dengan penerapan metode belajar yang tepat
sehingga proses belajar mengajar bejalan dengan efektif dan efisien.
Metode pembelajaran Cooperatif
learning dengan teknik TPS merupakan metode yang cocok digunakan dalam materi
menulis karangan narasi karena dengan metode ini Proses belajar mengajar lebih
efektif seperti tampak pada karakteristik pembelajaran siswa melihat, siswa mendengarkan,
siswa mendemostrasikan, siswa bekerja sama, siswa menemukan sendiri, dan siswa membangun konsep sendiri. Suasana
belajar dapat menciptakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
inovatif, dan inkuiri/menemukan sendiri. Tujuh pilar pembelajaran yakni
kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), penemuan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), penilaian akan teraplikasikan secara
maksimal
- Hipotensis
Hipotensisi yang diajukan dalam proposal
penelitian ini adalah “Model Pembelajaran Berbasis Cooperativ Learning Teknik TPS Dapat Meningkatkan Kemampuan
menulis karangan Narasi Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Mandirancan? ”
- TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari
penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk Meningkatkan Kemmampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Mandirancan?
2. Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus dari
penelitian ini :“Untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran
Berbasis Cooperativ Learning Teknik TPS dapat Meningkatkan Kemmampuan Mengarang Paragraph Narasi
Siswa Kelas V SD Negeri 1 Mandirancan?
- MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
a. SD Negeri 1 Mandirancan
Dengan hasil penelitian ini
diharapkan SD Negeri 1 Mandirancan dapat lebih meningkatkan mutu proses belajar
mengajar .
b.
Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
c.
Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa
dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.
- BATASAN ISTILAH
- TINJAUAN PUSTAKA
a. Jenis Karangan
1. DESKRIPSI: Karangan ini berisi
gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasakan hal tersebut. Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah.
Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan
ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka
jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung
Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan
penelitian dan objek wisata.
Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih
berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal
musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan
menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang
meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.
Topik yang tepat untuk deskripsi
misalnya:
Keindahan Bukit Kintamani Suasa
pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional Keadaan ruang praktik
Keadaan daerah yang dilanda bencana
Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan
dideskripsikan Tentukan tujuan Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan
dengan melakukan pengamatan Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang
baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan Kembangkan
kerangka menjadi deskripsi
2. NARASI: Secara sederhana, narasi
dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu
urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu
konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok
sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot
atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau
alur.
Narasi dapat berisi fakta atau
fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta:
biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi:
novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.Pola narasi secara sederhana: awal –
tengah – akhirAwal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan
suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat
pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik
lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai
klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda
ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan
panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita
dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Contoh narasi berisi fakta: Ir.
Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik
Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928.
Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena
keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang
dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta
sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada
tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai
Presiden RI pada tahun 1949, Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah
pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara
bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.
Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang
Contoh narasi fiksi:
Aku
tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat
tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan
ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan
pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air.
Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di
dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati
kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu
kepulanganmu dengan segenap cintanya.
3. EKSPOSISI: Karangan ini berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi
dengan grafik, gambar atau statistik.
Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan
mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi,
pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan,
juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan
informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan
laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang
tercantum dalam laporan tersebut.
4. ARGUMENTASI: Karangan ini
bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta
sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran
pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan
sebagai penyokong opini tersebut.
Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa
dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara
kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi
nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab,
berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat
dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
5. PERSUASI: Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca
untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap
motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai
dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Contoh
persuasi:
Salah
satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi
makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu
istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.
b. Jenis-Jenis Karangan
Narasi
a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan
memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi
ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang
sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan
mulai dari kecil sampai saat ini atay sampai terakhir dalam kehidupannya.
Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga
berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan
unsursugestif atau bersifat objektif.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan
suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para
pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat
1.
Pengertian Karangan Narasi
Narasi merupakan bentuk percakapan
atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa
atau pengalaman nmanusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu (Semi,
2003:29).
Narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang
suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2000:136). Dari dua pengertian yang
diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha
menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia
dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Narasi adalah suati karangan yang biasanya
dihubung0hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau
paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal
Arifin dan Amran Tasai, 2002:130). Narasi adalah karangan kisahan yang
memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun
peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2).
Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada
beberapa halyang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk
cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari
waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.
2.
Ciri-ciri Karangan Narasi Menurut Keraf
(2000:136)
- Menonjolkan unsur perbuatan
atau tindakan.
- dirangkai dalam urutan waktu.
- berusaha menjawab pertanyaan,
apa yang terjadi?
- ada konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan
menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan
kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi
(2003: 31) sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau
pengaalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang
disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata
imajinasi atau gabungan keduanya.
c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa
konfiks biasanya narasi tidak menarik.
d. Memiliki nilai estetika.
e. Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri
yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi
memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari
waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri
yang menonjolkan pelaku.
3. Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
- Hendak memberikan informasi
atau wawasan dan memperluas pengetahuan,
- memberikan pengalaman estetis
kepada pembaca.
4. Langkah-langkah menulis karangan narasi
- Tentukan dulu tema dan amanat
yang akan disampaikan
- tetapkan sasaran pembaca kita
- rancang peristiwa-peristiwa
utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
- bagi peristiwa utama itu ke
dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
- Rincian peristia-peristiwa
uatama ke dalam detail-detail peristiwasebagai pendukung cerita susun
tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
1.
Pengertian Cooperative
Learning
Cooperative
learning merupakan strategi
pembelajaran yangmenitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono,
2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang
pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.Agar terlaksana dengan baik
strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus
dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok
berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap
pendapat temannya. Setelah menyelesaikan
tugas kelompok, masing-masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk
didiskusikan dengan seluruh siswa.
2.
Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative
Learning
Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu
ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif
adalah sebagai berikut :
a.
Para siswa
harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”
b. Para siswa memiliki
tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung
jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus
berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi
tugas dan berbagi tanggung jawab samabesarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan
diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan
model cooperative learning pada umumnya memiliki cirri-ciri sebagai
berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk
menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa,
suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
3. Model Cooperative Learning
Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model cooperative
learning :
a. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang
mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab
pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis6) Kesimpulan
b. Jigsaw (model tim ahli)
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4) Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok
asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup
c. Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5
siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab,pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
d. Think pair and share